Rabu, 06 Juli 2011

Uang Dinar Emas dan Dirham Perak – Solusi Islam Mengatasi Riba dan Inflasi/Kemiskinan

Mencari jalan tengah, para bankir Thailand kini mulai membujuk para investor keuangan Islami untuk memompakan uang ke proyek-proyek infrastruktur Thailand. Sebagai imbalan, mereka mendapat pijakan di pasar syariah di negeri Gajah Putih yang hampir tidak tersentuh.
“Banyak pendapatan diterima akibat kenaikkan minyak dan uang-uang itu butuh diinvestasikan lagi,” ujar presiden Islamic Bank of Thailand–bank syariah milik negara–Dheerasak Suwannayos, dalam acara industri di Bangkok, pekan ini.

“Jumlah sukuk yang diterbitkan akhir-akhir ini tidak banyak, sehingga ini adalah kesempatkan untuk mengambil pasar yang masih cair.”
Industri keuangan Islam yang kian marak menjadi sorotan global terutama setelah krisis keuangan menerpa dunia. Pasalnya, keuangan islami dilihat jauh lebih beretika, serta minim memiliki cara-cara ‘penawaran’ khas perbankan konvensional.

Sementara di Thailand, investasi infrastruktur diprediksi melonjak, begitu pula di negara-negara Asia Tenggara lain. Dheerasak mengacu pada rencana mengembangkan transportasi publik di Bangkok dan bandara utama ibu kota tersebut.
Sejauh ini Thailand dinilai berhasil menggunakan sumberdaya berlimpah di pasar lokal untuk mendanai proyek infrastrukturnya.
Perusahaan energi papan atas Thailand, PTT tahun lalu telah meluncurkan unit yang menerbitkan sukuk lokal di Malaysia, perusahaan pertama di Thailand yang melebarkan sayap di pasar modal Islami, di luar negeri.
Dheerasak juga mengatakan Thai Arways kini tengah mempertimbangkan penawaran pembiayan sewa dari investor Timur Tengah. Negeri Gajah Putih tersebut memiliki populasi Muslim sekitar 9,5 juta jiwa dan sebagian besar mereka tinggal di area terpencil tanpa layanan perbankan yang memadai.
Kesadaran.
Para bankir meyakini kampanye pasar masih dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran tentang keberadaan produk-produk keuangan Islami. “Kami membutuhkan banyak promosi di Thailand, kami masih butuh menjernihkan apa sukuk itu dan bahwa ia bisa dibandingkan dengan obligasi konvensional,” ujar wakil presiden senior CIMB Thai Bank, Konthee Prasertwongse.
Dalam waktu dekat, Thailand merencanakan melempar suku berdaulat sebesar 5 miliar bhat (Rp 1,37 triliun) untuk membantu sektor keuangan Islami lebih memasyarakat.
Bank Islam Thailand, didirikan pada 2003, telah meluncurkan cabang-cabang bergerak, dioperasikan lewat bus-bus, untuk menjangkau komunitas sebagai nasabah.
Konthee mengatakan dorongan Bank Islam Thailand untuk mengenalkan industri tersebut ke pasar lokal berarti pula membuka peluang bagi negara lain yang memiliki populasi Muslim besar. “Bank Islam Thailand mendorong banyak-banyak produk untuk memasuki pasar di mana dulu Muslim tak memiliki banyak pilihan,” ujarnhya.

Sistem perbankan Islam telah beroperasi di 50 negara-negara di dunia, menjadikan salah satu sektor dengan pertumbuhan cepat dalam industri keuangan global
Dalam laporan November lalu, PricewaterhouseCoopers, mengatakan industri keuangan Islami yang telah menembus 1 triliun juta dolar diprediksi tumbuh lagi di kisaran 15-20 persen per tahun dan terus meningkat.
Daftar panjang berisi lembaga perbankan internasional, termasuk Citigroup, HSBC, Deutsche Bank, kini memasuki bisnis keuangan Islami.

Islam melarang Muslim mengonsumsi riba, baik membayar atau menerima bunga pinjaman. Transaksi dalam perbankan Islam harus didanai oleh aset nyata, bukan sekedar surat-surat berharga.
Sumber : Republika

1 komentar: